Ad Code

Bukti Nyata Kerja PH YO Terobos Zona Merah Rawan Pangan di Tahun 2014.

Sanggau – Bupati Kabupaten Sanggau Paolus Hadi dan Wakil Bupati Yohannes Ontot dalam tempo relatif singkat berhasil mengajak masyarakatnya meninggalkan budaya lama dalam budidaya pertanian maupun perilaku tradisionil yang tidak cocok lagi dalam kehidupan moderen. Apa itu? Perilaku yang menanti “kebaikan” alam yang mencurahkan hujan dan sinar matahari tepat waktu saja.

Menanam padi tidak lagi sekali setahun, tetapi sudah dua kali setahun. Faktor perubahan iklim—El Nino (Anak Lelaki=musim kemarau panjang, Spanyol) ke La Nina (Anak Perempuan = musim penghujan lama, Spanyol) —turut mempercepat pola pikir dan pola sikap petani. Bagian dari semua itu adalah pencetakan lahan untuk sawah seluas 5.000 ha dan muncullah kemajuan yang cukup berarti.

Paolus Hadi mengatakan bahwa slogan itu adalah akronim (singkatan) dari namanya dan wakilnya, tetapi itu terjadi pada 2014 lalu. Singkatan PH YO atau Paolus Hadi Yohanes Ontot bermula saat pencalonan menjadi bupati yang digelorakan sebagai gerakan yang mudah diingat, didengar dan diserukan. Bupati didampingi oleh Komandan Kodim Letkol Agung Putu dan Kepala Dinas Pertanian, Perikanan dan Peternakan Kabupaten Sanggau Ir John Hendri,MSi.

“PH YO itu merupakan substitusi untuk gerakan memperkuat ketahanan pangan di daerah kami. Namun, kini PHYO itu bukan lagi Paolus Hadi-Yohanes Onto, tetapi menjadi Pangan berhasil…Yes, Okey. Itu identik dengan dan selalu diingat masyarakat dan masyarakat bergiat bekerja mengubah keadaan,” ungkap Paolus Hadi.

Dongkrak Produksi

Dia menambahkan bahwa pada 2014 posisi produksi daerahnya sangat rendah kemudian masuk ke zona merah rawan pangan. Karena situasi dan kondisi sudah sedemikian rupa memprihatinkan, maka harus ada gerakan supaya produksi terdongkrak naik, pada saat itu juga kami memulai kerja sama dengan Kementerian Desa dan Tentara Nasional Indonesia yang ditindaklanjuti sesuai kebutuhan daerah. Pihak Pemerintah Kabupaten Sanggau dan Markas Komando Distrik Militer (Makodim) bekerja seiring untuk mendongkrak peningkatan produksi padi.

Menurut Paolus, luas lahan menjadi faktor penting untuk meningkatkan produksi karena saat itu luas lahan di Kabupaten Sanggau sangat kecil. Karena itulah semua pihak di daerah itu sepakat meningkatkan luas lahan secara signifikan. Pada waktu bersamaan dilakukan pendekatan sosial dan budaya kepada masyarakat untuk mengubah kebiasaan bercocok tanam atau budidaya padi termasuk pesta panen padi.

Pihak Dinas Pertanian mampu memperluas lahan dengan menanam varietas padi local atau setempat yang ternyata hebat untuk meningkatkan produktivitas dan juga cetak lahan tanam baru. Masyarakat menanam dua kali setahun dengan bantuan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau APBN dari pusat dan ABPD dari provinsi. Pihak swasta juga dilibatkan bersinergi dan jadilah dicapai yang terbaik, yaitu lepas keluar dari status zona merah rawan pangan masuk ke zona hijau.

“Target kami waktu itu adalah bagaimana cara agar sesegeramungkin keluar dari status rawan pangan itu. Bagaimana cara agar produksi naik dalam jangka waktu satu tahun. Semua itu butuh kerja keras untuk mengubah kebiasaan orang dari satu kali menanam padi menjadi dua kali menanam padi serta melibatkan pemerintah secara penuh,” katanya.

Dia memberi alasan bahwa kalau berbicara tentang masyarakat tentu bukan hanya petani, tetapi juga unsur pemimpin plus para pengurus adat sampai setingkat kelompok taninya, penyuluh pertanian lapangan, tentara dan babinsa wajib memiliki satu hektar tanah yang diolah untuk pertanian. Ini pola cukup menarik dan berhasil.

Bupati Kabupaten Sanggau Paolus mengatakan bahwa semua pihak di daerah itu ingin mengurangi kebakaran hutan di sekitar kawasan pertanian dan permukiman penduduk. Dalam tahun ini perubahannya sudah tampak. yang paling penting dari gerakan ini adalah keterlibatan pihak-pihak itu. *

 Sumber : https://ift.tt/2INcFlB



from Halo Dunia Network https://ift.tt/2I2pyXR
via IFTTT

Post a Comment

0 Comments

Close Menu